Selasa, 16 Mei 2017

METODOLOGI PENELITIAN ( BAB 5 )



BAB V
PERUMUSAN MASALAH


A.    Definisi


Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa.
Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam kegiatan penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan bahwa kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan separuh dari penelitian itu sendiri. 


B.     Bentuk-Bentuk Rumusan Masalah Penelitian

Merumuskan Masalah biasanya menjadi batu sandungan yang besar dalam membuat sebuah skripsi apabila penulis tidak terlalu memahami masalah yang akan dikaji dalam skripsi. Dapat dikatakan bahwa rumusan masalah merupakan salah satu dari tahapan yang ada di antara sejumlah tahapan penelitian yang mempunyai kedudukan penting di dalam aktivitas penelitian yang dikaji dalam sebuah skripsi. Apabila tanpa rumusan masalah, maka suatu kegiatan penelitian akan sia-sia atau bahkan tidak bisa membuahkan hasil sama sekali. Sehingga proses penulisan skripsipun akan ikut menjadi sia-sia. Di dalam rumusan masalah sendiri diperlukan untuk memperhatikan bentuk-bentuk masalah. Dalam rumusan masalah perlu diperhatikan bentuk-bentuk masalah.

Sugiyono (2000) menyebutkan ada tiga bentuk masalah yaitu :


1.     Masalah Deskriptif
Masalah deskriptif yaitu masalah yang berkenaan dengan pernyataan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif.

Contoh rumusan masalah deskriptif :

a).Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional ?
b).Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negri Berbadan Hukum ?
c).Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia ?
d).Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah di bidang pendidikan ?
e).Seberapa tinggi tingkat produktivitas dan keuntungan financial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan ?
f).Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia ?

Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variable atau lebih secara mandiri ( bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif ).
Peneliti yang bermaksud mengetahui kinerja Departemen Pendidikan Nasional, sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hokum, efektifitas kebijakan MBS, tingkat produktivitas dan keuntungan financial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan, minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia adalah contoh penelitian deskriptif.


2.      Masalah Komparatif
Masalah komparatif adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.

Contoh rumusan masalah komparatif :

a). Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta ? ( variable penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan swasta )
b). Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Deasa ? ( satu variable dua sampel )
c). Adakah perbedaan, motivasi belajar dan hasil belajar antar murid yang berasal dari keluarga Guru, Pegawai Swasta, dan Pedagang ? ( dua variable tiga sampel )
d). Adakah perbedaan kompetensi professional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan SLTA ? ( satu variable untuk dua kelompok, pada tiga sampel )
e). Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan took yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas ? ( satu variable dua sampel )
f). Adakah perbedaan produktivitas karya ilmiah antara Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta ? ( satu variable dua sampel ).


3.      Masalah Asosiatif
Masalah asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan tersebut bisa simetris, kausal, maupun hubungan timbal balik.

Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu :
a). Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variable atau lebih yang kebetulan munculnya bersamaan. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif.

Contoh rumusan masalah adalah sebagai berikut :
·     
·         Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murud sekolah ? ( variable pertama adalah penjual es dan ke dua adalah kejahatan ). Hal ini berarti yang menyebabkan jumlah kejahatan bukan karena es yang terjual . mungkin logikanya adalah sebagai berikut : pada saat es banyak terjual itu pada musim liburan sekolah, pada saat murid-murid banyak yang piknik ke tempat wisata. Karena banyak murid yang piknik maka di situ banyak kejahatan.
·         Adakah hubungan anatara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak ?
·         Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah ?

b).Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen t(variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh :
·         Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak ? (pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi belajar variabel dependen).
·         Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan? (kepemimpinan variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan variabel dependen).
·         Seberapa besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi pembelajaran di SMA ?

c).Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik
·         Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen. Contoh :
·         Hubungan antara mativasi dan prestasi belajar anak SD di Kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi.
·         Hubungan anatara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dengan meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.


C.    Ciri-ciri Perumusan Masalah yang Baik

Rumusan masalah dapat di kemukakan dalam bentuk pernyataan maupun dalm bentuk pertanyaan lebih banyak digunakan, karena lebih jelas apa yang yang akan dijawab melalui penelitian yang bersangkutan.
Dalam merumuskan masalah penlitian, beberapa penelitian mengunakan format keduanya, yakni menggunakan pernyatan dan pernyataan penelitian. Pernyatan penelitian digunakan untuk mendeskripsikan dan menegaskan rumusan umum dari untuk merinci aspek-aspek yang terkandung dalam rumusan umum tersebut.

Dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan studi kolerasi dan studi pengaruh, biasanya pernyataan penelitian diajukan dalam pola sederhana sebagai berikut :
·         Bagaimana realitas variabel x;
·         Bagai mana realitas variabel y;
·         Bagaimana hubungan/ kolerasi/ pengaruh antara variabel x dan atau terhadap variabel y.
Sedangkan dalam penelitian jenis laninnya sangat menetukan seberapa banyak aspek pertanyaan penelitian yang dapat didefinisikan oleh peneliti. Harus dipahami bahwa semakin jelas dan terinci identifikasi maslah, maka akan semakin terfokus arah penelitian yang dilakukan. Dan hal tersebut tentu akan memudahkan penelitian yang dilakukan.
Dalam tahap perumusan masalah penelitian, penelitian juga harus menjelaskannbeberapa istilah kunci yang terdapat dalam jududl penelitian atau rumusan masalah penelitian. Pemjelasan tersebut yang diitilahkan dengan ‘definisi operasional’ atau ‘definisi kerja’ akan sangat membantu penelitian yang dilakukan

Dalam penelitian diperlukan sebuah masalah yang baik. Terdapat beberapa ciri masalah yang baik, yaitu:

1). Mempunyai Nilai Penelitian
Dalam sebuah penelitian, masalah yang sedang diteliti hendaknya mempunyai nilai penelitian. Dikatakan mempunyai nilai penelitian apabila masalah yang akan diteliti pada akhir penelitian dapat memberikan manfaat dalam sebuah bidang ilmu tertentu atau dapat digunakan untuk keperluan yang lain. Dalam memilih masalah yang baik peneliti harus memperhatikan beberapa hal berikut:

2). Masalah harus mempunyai keaslian
Sebuah masalah yang akan diteliti hendaknya adalah masalah yang up to date. Maksudnya adalah masalah yang diteliti belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti lain. Masalah juga harus mempunyai nilai ilmiah atau  aplikasi ilmiah, sehingga penelitian akan semakin berkualitas. Selain itu, masalah yang diteliti boleh jadi adalah masalah-masalah yang terlewatkan dari perhatian masyarakat selama ini atau bias juga masalah yang akan memunculkan sebuah teori baru.

3). Masalah harus menyatakan suatu hubungan
Masalah yang baik adalah masalah yang menyatakan sebuah hubungan antara variabel-variabel tertentu yang saling berkaitan. Hal ini perlu diperhatikan agar penelitian yang dilakukan lebih bermakna. Biasanya variabel-variabel yang dipakai untuk mewakili unsur-unsur yang ada dalam penelitian dilambangkan dengan huruf X, Y, dan Z.

4). Masalah harus merupakan hal yang penting
Masalah yang diteliti haruslah merupakan hal yang penting dan bukan masalah yang sepele untuk diteliti. Karena diharapkan hasil akhir dari penelitian adalah sebuah fakta dan kesimpulan yang dapat bermanfaat di sebuah bidang tertentu dan dapat diterbitkan di jurnal ilmu pengetahuan. Tidak hanya itu, hasil penelitian juga dapat menjadi bahan referensi dalam menyusun buku-buku teks.

5). Masalah harus dapat diuji
Seorang peneliti harus pandai dalam memilih masalah yang akan diteliti. Masalah yang akan diteliti hendaknya adalah  masalah yang dapat diuji. Sebaiknya masalah yang dipilih adalah masalah yang dapat memberikan implikasi untuk dilakukan uji empirisnya. Hal ini dimaksudkan agar penelitian agar penelitian dapat dilihat secara jelas hubungan antar variabel yang saling berkaitan dalam masalah yang sedang diteliti dan dapat tentu saja dapat diukur.

6). Masalah harus dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
Masalah yang menarik adalah masalah yang dapat menimbulkan pertanyaan. Tapi peneliti juga harus dapat menggambarkan masalah yang sedang diteliti dengan jelas, sehingga tidak membingungkan orang yang membacanya dan dapat dilakukan uji untuk menyatakan jawaban dan kebenarannya.

7) . Mempunyai fisibilitas
Masalah yang baik adalah masalah yang mempunyai fisibilitas, yaitu masalah tersebut harus mempunyai nilai pemecahan dan dapat dipecahkan. Hal ini dimaksudkan agar penelitian dapat berguna dan tidak sia-sia.
8). Sesuai Dengan Kualifikasi Peneliti
            Masalah yang akan diteliti hendaknya dalah masalah yang nantinya akan dapat dipecahkan oleh peneliti. Mengapa demikian, karena agar penelitian yang telah dilakukan tidak terhenti di tengah proses pengerjaan karena ketidakmampuan seorang peneliti untuk memecahkan masalah yang sedang diteliti sehingga akan sia-sia

D.    Rumusan Masalah Penelitian yang Baik Rumusan masalah penelitian yang baik, antara lain:
  1. Bersifat orisinil, belum ada atau belum banyak orang lain yang meneliti masalah tersebut.
  2. Dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan terhadap masyarakat.
  3. Dapat diperoleh dengan cara-cara ilmiah.
  4. Jelas dan padat, jangan ada penafsiran yang lain terhadap masalah tersebut.
  5. Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
  6. Bersifat etis, artinya tidak bertentangan atau menyinggung adat istiadat, ideologi, dan kepercayaan agama.
  7. Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
  8. Rumusan masalah harus jelas, padat, dan dapat dipahami oleh orang lain.
  9. Rumusan masalah harus mengandung unsure data yang mendukung pemecahan masalah penelitian.
  10. Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat kesimpulan sementara (hipotesis).
  11. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.
E.     Perumusan Masalah Memiliki Fungsi Sebagai Berikut:
  1. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan.
  2. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan.
  3. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.
  4. Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat dipermudah di dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian.
F.     Kriteria Masalah Penelitian


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih masalah penelitian.

a.    Memiliki nilai penelitian
Masalah yang akan dipecahkan akan berguna atau bermanfaat yang positif.
 
b.    Memiliki fisibilitas
Fisibilitas artinya masalah tersebut dapat dipecahkan atau dijawab. Faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:
1.    Adanya data dan metode untuk memecahkan masalah tersebut,
2.    batas-batas masalah yang jelas,
3.    adanya alat atau instrumen untuk memecahkannya,
4.    adanya biaya yang diperlukan, dan
5.    tidak bertentangan dengan hukum.

c.   Sesuai dengan kualitas peneliti
Sesuai dengan kualitas peneliti artinya tingkat kesulitan masalah disesuaikan dengan tingkat kemampuan peneliti.


G.     Sumber  Masalah Penelitian
Sumber masalah penelitian, antara lain:
a.    Buku bacaan atau laporan hasil penelitian.
b.    Pengamatan sepintas.
c.    Pernyataan pemegang otoritas.
d.    Perasaan intuisi.
e.    Diskusi, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya.

Berdasarkan topik atau masalah penelitian yang telah ditemukan maka dapat dilakukan tahapan-tahapan penelitian berikutnya.
Studi Pendahuluan dan Merumuskan Masalah

1.    Studi Pendahuluan
Setelah calon peneliti memilih dan menemukan masalah, langkah selanjutnya adalah melakukan studi pendahuluan yang bertujuan untuk mendalami permasalahan sehingga calon peneliti benar-benar dapat mempersiapkan perencanaan selanjutnya.
Studi pendahuluan ini mempunyai tujuan sebagaj berikut.
a.    Agar peneliti tidak mengulang hasil penelitian orang lain.
b.    Mengetahui dengan pasti apa yang diteliti.
c.    Mengetahui di mana atau kepada siapa data atau informasi dapat diperoleh.
d.    Memahami bagaimana teknik atau cara memperoleh data atau informasinya.
e.    Dapat menentukan metode yang tepat untuk menganalisis data atau informasi tersebut.
f.    Memahami bagaimana harus mengambil kesimpulan dan cara memanfaatkan hasilnya.
g.    Studi pendahuluan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Studi kepustakaan, yaitu membaca artikel, paper, buku-buku teori yang terkait, hasil penelitian sebelumnya, dan sebagainya.
2. Bertanya, berkonsultasi dengan seseorang yang dianggap ahli atau narasumber.
3. Kunjungan ke lokasi atau ke daerah di mana masalah penelitian itu bersumber.

2.    Merumuskan Masalah
Setelah pengidentifikasian, pemilihan masalah, dan melakukan studi pendahuluan serta sudah yakin terhadap masalah yang dipilih, kemudian dilakukan perumusan masalah penelitian. Hasil perumusan masalah itu dapat dijadikan topik atau judul penelitian.
 
Perumusan masalah penelitian harus memenuhi kriteria sebagai berikut.
a.    Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
b.    Rumusan masalah harus jelas, padat, dan dapat dipahami oleh orang lain.
c.    Rumusan masalah harus mengandung unsure data yang mendukung pemecahan masalah penelitian.
d.    Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat kesimpulan sementara (hipotesis).
e.    Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.
 


Referensi Sumber :
·         Darmasi Hamdani, Dimensi-dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial.Alfabeta. Bandung: 2013.
·         Nana, Metode Penelitian Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung:2012.
·         Yaya dan Tedi, Metode Penelitian Pendidikan, Azkia Pustaka Utama, Bandung:2009.
·        http://pou-pout.blogspot.com/2013/01/makalah-rumusan-masalah-penelitian.html

SOAL TUGAS 6

SOAL TUGAS 6 BAB : 6 Nama : Gupron Program : MI_Sore_S1 STMIK ( Web Information Technology )  1.       Sebutkan perbed...